Seorang Kakek adalah pengunjung setia sebuah kebaktian gereja.
Ia selalu datang dengan didampingi oleh cucunya yang berusia
sekitar 5 tahun.
Tapi ada satu kebiasan buruk sang Kakek.
Kalau Pendeta mulai berkotbah, Kakek akan tertidur lelap.
Sampai ngorok. Dan suara ngoroknya sangat keras dan mengganggu kekhusyukan suasana kebaktian. Juga menganggu konsentrasi Pendeta.
Majelis Jemaat mengadakan rapat untuk mencari langkah menanggulanginya.
Akhirnya diputuskan bahwa si cucu akan dipanggil.
Ia akan diberi imbalan uang uang seribu rupiah apabila ia bersedia mencubit Kakeknya kalau ia mengorok.
Si cucu setuju.
Jalan keluar tersebut ternyata sangat manjur.
Minggu-minggu berikutnya, tidak terdengar lagi.
Sebulan kemudian, kejadian yang sama terulang kembali.
Pendeta dan para anggota Majelis Jemaat bingung.
Mereka memanggil si cucu dan menanyakannya.
Si cucu menjawab dengan lugu,
“Opa memberikan saya dua ribu rupiah untuk tidak mencubitnya!”
Ia selalu datang dengan didampingi oleh cucunya yang berusia
sekitar 5 tahun.
Tapi ada satu kebiasan buruk sang Kakek.
Kalau Pendeta mulai berkotbah, Kakek akan tertidur lelap.
Sampai ngorok. Dan suara ngoroknya sangat keras dan mengganggu kekhusyukan suasana kebaktian. Juga menganggu konsentrasi Pendeta.
Majelis Jemaat mengadakan rapat untuk mencari langkah menanggulanginya.
Akhirnya diputuskan bahwa si cucu akan dipanggil.
Ia akan diberi imbalan uang uang seribu rupiah apabila ia bersedia mencubit Kakeknya kalau ia mengorok.
Si cucu setuju.
Jalan keluar tersebut ternyata sangat manjur.
Minggu-minggu berikutnya, tidak terdengar lagi.
Sebulan kemudian, kejadian yang sama terulang kembali.
Pendeta dan para anggota Majelis Jemaat bingung.
Mereka memanggil si cucu dan menanyakannya.
Si cucu menjawab dengan lugu,
“Opa memberikan saya dua ribu rupiah untuk tidak mencubitnya!”